Dan di internet—kalo buka artikel soal
cinta-cintaan—banyak kata-kata dan kalimat di sana yang menerangkan perbedaan
pemikiran antara cowok dan cewek. Ada yang bilang cewek itu kalo mau sesuatu
nggak langsung ngomong, tapi mancing dulu biar kesannya dia nggak minta tapi si
cowok yang nawarin. Beda dengan cowok yang kalau mau apa-apa langsung to the point. Ada juga yang bilang kalo
cewek tuh suka heboh sama hal-hal kecil, beda sama cowok yang lebih seringnya
cuek aja. Menurut mereka juga, cewek suka ngelarang cowoknya yang macam-macam,
nggak boleh inilah, nggak boleh itulah… Sedangkan cowok lebih menghargai apa
yang ceweknya inginkan. Habis baca semua ini, muncullah sebuah pertanyaan di
otak gue: Apa bener gue ini cewek? Tiba-tiba pemikiran mengerikan muncul, bahwa
mungkin saja gue ini sebenarnya terlahir sebagai cowok, cuma waktu kecil titit
gue dipotong habis dan dilubangi karena obsesi nyokap untuk punya anak betina…
hiiiiih.
Sumpah gue nggak ngerti kenapa pikiran gue
nggak ‘cewek’. Kalo bergaul sama teman-teman gue yang ‘cewek banget’ juga
kadang gue merasa mereka itu konyol, Liat baju bagus di internet, heboh. Liat
artis Korea yang cakep, heboh. Liat adegan romantis dikit, heboh. Denger gue cursing dikit, heboh. Liat bokapnya di gebukin preman, heboh
(ya iyalah). Pokoknya gue bener-bener tidak merasa seperti cewek… sampai
akhirnya gue ketemu dua temen yang sama anehnya sama gue. Theresia dan Eddtwin.
Kita bertiga nggak ngerasa kayak cowok, nggak juga ngerasa kayak cewek. Setelah
perdebatan panjang tentang ini itu kita akhirnya mutusin bahwa kita normal,
hanya saja mindsetnya beda dari
cowok-cowok dan cewek-cewek kebanyakan. Jadi ya… bisa dibilang kita spesial
gitu (cieee).
Simpelnya, akhirnya kita bertiga jadi dekat
karena punya banyak kesamaan. Mulai dari selera humor, selera musik, hingga
kejorokan dan kebrutalan yang sama. Eddtwin sempat heran waktu gue dan Tere
mandangin foto orang yang perutnya kebuka (mungkin karena pembunuhan atau
kecelakaan) di disturbing picture-nya Kaskus dengan muka datar
tanpa ekspresi. Kita berdua malah ngelanjutin browsing disturbing picture lainnya. Pas muncul gambar
tokai, gue—entah kenapa—spontan nyeletuk “wow”. Eddtwin hampir pingsan. Mungkin dia
berpikir, dua cewek jorok nan brutal macam apakah yang sedang menerawangi layar
komputernya?
Eddtwin sering jadi korban gue. Gue suka
nggak fair sama dia kalo urusan
bantah-membantah. Kalau gue menang bantah-bantahan, gue bakal nyombongin diri
dan terus-terusan bilang dia payah. Kalau dia yang menang bantah-bantahan dan
dia bilang gue payah, gue bakal tendang tititnya. Eddtwin sok kuat padahal
bibirnya tiba-tiba pucat, gue cuma mandangin dia dan tertawa kejam penuh
kemenangan (jahat ya?). Muahahaha. Hingga akhirnya kini Eddtwin telah berevolusi dan memiliki
refleks yang cepat untuk merapatkan kedua kakinya ketika ekspresi gue sudah
mulai berubah.
Beda sama Eddtwin, Tere lebih brutal dari
gue. Jadi gue tunduk aja kalo bantah-bantahan sama dia. Mulutnya tajam dan
nggak tanggung-tanggung. Rasanya JLEB kalo berargumen sama dia. Lebih baik
dihindari. Tapi Tere baik kok, unyu pula (ini antisipasi aja kalo kebetulan dia
baca postingan gue, Tere kalo nyubit sadis). Yak, sampe di sini dulu ya cerita
tentang gue kali ini, Nyokap udah nyuruh makan. Ada ‘Chicken Curry Noodles with Sunny Side up’ (baca:
Indomie Kari Ayam plus telor ceplok)
menunggu di atas meja. Dadaaaah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar